Lupa!




Ia tak kunjung sembuh dari sakit yang dideritanya, masalahnya bukan dia tak sungguh-sungguh ingin sembuh atau tak cukup berusaha, hanya saja penyakit yang ia derita terlalu mudah kumat. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan ingatan, seberapa kuat ia bisa mengubur ingatan, seberapa tangguh ia mengacuhkan hal-hal yang perlu diingatnya. Sementara yang harus ia lupakan adalah sesuatu yang ingin ia abadikan. Sementara yang ingin ia acuhkan adalah sesuatu yang amat sangat menyita perhatiannya. Jadilah ia terkatung-katung sepanjung waktu, sehari tersenyum lantas tiga hari kemudian menangis tak henti-henti. Sehari berwajah ceria, seminggu setelahnya mendung seperti diikat diatas kepalanya, menjadikannya suram dengan kilat yang sesekali muncul menyempurnakan wajah suramnya.
Ia barangkali memang seorang pelupa, bahkan pada hal-hal yang semestinya ia diharamkan untuk lupa, tetapi itu sama sekali tidak membantunya melupakan sesuatu yang ia tak ingin lupakan, bahkan yang mati-matian ia pertahankan dalam ingatan. Ia menyebutnya kenangan yang walaupun amat beragam jenisnya, ia suka mengingat-ingat hal-hal manis darinya, tetapi hal-hal buruk dan menyakitkan tak kurang jumlahnya untuk tiba-tiba menyergap ingatannya dan menyeretnya ke dalam kesedihan yang suram dan berkilat-kilat itu.
Ia lupa ulang tahun pacarnya, hal ini fatal sebab diwaktu yang bersamaan ia tak lupa untuk menagih coklat yang dijanjikan pacarnya sewaktu ia pergi melancong keluar negeri. Ah, betapa marah si pacar, ia yang punya senyum paling manis di dunia itu menjadi sesosok yang menakutkan jika sedang ngambek. Jangankan coklat didapat, berhari-hari ia tak mendapatkan sapaan yang amat ia rindukan dalam setiap detik  kehidupannya. Alangkah lupa itu menjadi masalah yang serius baginya. Ia tak bisa, atau berangkali belum bisa mendidik sifat lupa yang ia miliki agar sedikit memiliki tatakrama dan tidak terus-terusan merepotkannya. Kalau dibuka kursus kilat mendidik lupa agar bertatakrama dan memiliki integritas yang baik, tentu ia orang pertama yang akan mendaftar. Sayangnya kursus semacam itu tidak ada, bahkan konon tak tercatat di lauh al-mahfudz –tempat segala macam informasi ada-. Ia mendapatkan bocoran itu dari bisikan gaib yang mempunyai reputasi buruk soal validitas berita yang diberikannya.
Tetapi yang aku salut darinya, ia tak henti-hentinya mencari cara agar bisa sembuh. Pada satu hari dimana ia ceria, atau pada seminggu berikutnya dimana ia berwajah muram akibat kesedihan yang tak bisa ia enyahkan, ia selalu merenungkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa ia lakukan untuk memperoleh kesembuhan. Akibat tak bisa menata lupa itulah ia kini hidup dalam keterasingan, pacarnya barangkali tak lagi peduli meski ia berharap sebaliknya, juga dengan orang-orang di sekitarnya ia mengisolasi dirinya sendiri. Ia butuh sepi yang nyaris sunyi untuk berbenah. Ia tak butuh nasihat atau saran yang makin memperparah sakitnya. Dalam sunyi itu ia tak lupa mendoakan seluruh teman-temannya agar dilancarkan urusan-urusan mereka oleh TYME, ia doakan pacarnya agar mendapatkan pekerjaan yang ia nyaman melakukannya. Ia doakan kedua orangtuanya, agar suapaya tak terlalu timpang, sebab ia tahu bahwa ayah, terutama ibunya senantiasa mengumamkan harapan-harapan baik yang semoga didengar oleh malaikat yang saat itu sedang lewat lantas berkenan nyangking untuk kemudian diamini oleh kanjeng nabi lantas sampai ke haribaan Allah sebagai doa yang berkilauan penuh ketulusan.
Seperti yang kini sedang booming di fesbuk, ketika engkau selesai membaca ini, ucapkanlah amin agar engkau tak ketularan punya penyakit lupa sedemikian rumit, atau mungkin jika beruntung bisa memperoleh kebaikan-kebaikan dalam hidup sebab ketulusan sampean. Akan saya beri aba-aba biar kompak...

Satu, dua, tiga...
Aaaaa...minnn...
Terimakasih!

0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Menelan kepahitan untuk disuguhkan menjadi sesuatu yang manis.