Kau tahu, nabiku ini adalah kekasih utama Tuhan namun
hidupnya penuh kesederhanaan. Ia menerima siapa saja yang bertandang kepadanya.
Sekali, ia pernah bermuka masam kepada orangtua buta yang datang menemuinya,
seketika itu Tuhan menegurnya.
Inilah serpihan kisah itu, dikisahkan oleh istri
tercinta beliau, Ibunda Aisyah: seorang perempuan yang cacat tangan kanannya
datang menemui Nabi. Dengan tersenyum Nabi menyambutnya. Sebelum ditanya,
perempuan itu sudah berkata terlebih dahulu.
“Wahai Nabi, berkenankah engkau berdoa unutk
kesembuhanku?”
Nabi diam sesaat kemudian bertanya “Apa yang membuat
tangan kananmu cacat seperti itu?”
Berceritalah perempuan itu, “Nabi, aku melihat hari
kiamat terjadi dalam mimpiku. Neraka telah disediakan dan surga juga sudah
terhampar. Kemudian aku melihat ibuku berada di salah satu jurang neraka
jahannam. Aku mendatanginya. Memprihatinkan sekali keadaannya. Ia membawa
segumpal gajih di tangannya. Dan sesobek kain ditangan satunya. Kedua benda itu
melindunginya dari nyala neraka. Aku sedih melihatnya berada di tempat seperti
itu.
“Ibu… apa yang membuatmu berada disini. Bukankah
engkau perempuan yang taat kepada Allah, juga bukankah ayah telah ridha
terhadapmu?”
“Anakku, sesungguhnya aku adalah orang yang amat kikir
ketika hidup di dunia dulu. Maka inilah tempat orang-orang yang kikir itu”
“Lalu untuk apa dua benda itu kau genggang di kedua
tanganmu?”
“Dua benda itulah yang pernah aku sedekahkan selama
hidup. Dua benda inilah yang melindungiku dari sengatan api neraka serta pedih
siksaannya.”
“Lalu dimana ayah, ibu?”
“Ayahmu adalah orang yang dermawan. Di berada di
surga, tempat orang-orang dermawan.
Kemudian aku pergi surga. Ketemukan ayahku sedang
berada di tepi telagamu wahai Nabi. Sedang memberikan minum kepada para manusia
yang ia ciduk dari telagamu. Ia menerima cidukan itu dari tangan sahabat Ali,
Ali menerimanya dari tangan Sahabat Usman, Usman menerimanya dari tangan
sahabat Umar, Umar menerimanya dari sahabat Abu Bakar dan Abu Bakar, menerima
cidukan itu dari tanganmu yang mulia, wahai Kekasih Allah.
“Ayah, ini aku anakmu. Bukankah ibu adalah orang yang
sangat taat kepada Allah, ayah? Bukankah engkau juga ridha kepadanya? Ia
sekarang berada di salah satu jurang neraka jahannam. Sedangkan engkau disini
melayani manusia untuk minum dari telaga Nabi, ibu dalam keadaan amat kehausan
sekarang. Berilah seteguk saja untuknya, ayah!”
“Anakku, sesungguhnya ibumu adalah orang yang amat
pelit semasa hidupnya, dia bermaksiat dan berdosa karenanya. Dan Allah telah
mengharamkan telaga Nabi ini untuknya.”
Diam-diam kucuri seteguk air dengan telapak tanganku
untuk kuberikan kepada Ibu. Setelah ibu meminumnya tiba-tiba ada sebuah suara
yang berkata.
“Semoga Allah membuat cacat tanganmu!” begitulah Nabi,
aku terbangun dari mimpi dengan keadaan cacat di tanganku.”
“Kekikiran telah membahayakan ibumu di dunia, lalu
akan seperti apa kelak di akhirat”
Ibunda Aisyah kemudian menerusakan kisahnya “Nabi
kemudian meletakkan tongkatnya pada tangan perempuan itu seraya berdoa
“Tuhanku, dengan mimpi yang telah ia alami, sembuhkanlah tangannya” perempuan
itu kemudian benar-benar sembuh tangannya.
___
Kuharap engkau bisa mengambil sesuatu yang berharga
dari kisah itu. Ada beberapa fakta penting yang bisa dicermati. Pertama, suara
perempuan bukanlah aurat. Faktanya perempuan bertanya langsung kepada Nabi
megenai urusannya dan Nabi tidak pernah melarangnya. Bahkan setelah Nabi wafat,
Ibunda Aisyah mengajarkan hadis kepada para sahabat laki-laki.
Kedua, berawasul atau meminta doa dari orang yang
diyakini mempunya kedekatan khusus dengan Tuhan itu diperbolehkan. Terkadang
ada sekelompok ekstrim yang melarang untuk melakukan tawassul. Sekarangpun kita
masih bisa bertawasul kepada Allah lewat Nabi. Sebab hakikatnya beliau tidak
pernah wafat. Hanya 63 tahun episode beliau di dunia memang sudah berakhir.
Beliau kini berada dalam ‘film’ lain yang Allah skenariokan. Bukankah beliau
adalah mahluk pertama yang Allah ciptakan. Dan sebab kecintaan Allah kepadanya
lah semesta tercipta. Beliau telah melalui fase yang amat panjang dengan
berbagai peran. Salah satunya menjadi utusan terakhir.
Ketiga, gairah belajar perempuan amat tinggi sejak
zaman nabi. Jika engkau mengenal Ibu Kartini sebagai pahlawan yang memperjuangkan
hak-hak perempuan dalam pendidikan maka Nabilah yang mempelopori itu kepada
seluruh dunia. Nabi mengangkat derajat perempuan dari kehinaan menuju
kemuliaan. Perempuan sebelum Nabi bahkan tidak mempunyai hak hidup apalagi hak
pilih. Di eropa dan dibelahan dunia manapun tak lebih baik nasibnya. Perempuan
tak lebih dari sekedar budak yang derajatnya sama dengan keledai. Begitulah.
Engkau bisa mencermati dan menambahkan sendiri sesuatu yang barangkali berharga
dari kisah itu.
Sedekah? Sedekah tak melulu soal sarana melipatkan
harta. Ada yang lebih esensial dibanding kenikmatan dunia dalam bersedekah.
Tambahnya harta hanya secuil dari janji Allah yang tak usah dirisaukan dan
justru ketika kita berniat hanya untuk keuntungan harta, akan celaka jadinya. Bisa
jadi hanya harta itu yang kita dapatkan. Bukan kasih sayang Sang Mahapenyayang.
Bisa jadi pula kita tak dapat apa-apa karena ketidak tulusan niat.
Kuakhiri saja kisah ini sebelum saya berubah menjadi
pendakwah.
0 komentar:
Posting Komentar