Mencuri Telaga Nabi


Kuceritakan sebuah kisah usang yang tetap akan selalu menyenangkan ketika menyimaknya. Kukatakan menyenangkan karena kau akan memperoleh sesuatu yang bermanfaat bagi hidupmu membaca dan menyimaknya. Ini hanya salah satu kisah dari manusia penuh cinta bernama: Muhammad saw. Semoga kelak ia berkenan kupanggil Nabi, sebab itu pertanda bahwa ia menerimaku menjadi umatnya.

Kau tahu, nabiku ini adalah kekasih utama Tuhan namun hidupnya penuh kesederhanaan. Ia menerima siapa saja yang bertandang kepadanya. Sekali, ia pernah bermuka masam kepada orangtua buta yang datang menemuinya, seketika itu Tuhan menegurnya.

Inilah serpihan kisah itu, dikisahkan oleh istri tercinta beliau, Ibunda Aisyah: seorang perempuan yang cacat tangan kanannya datang menemui Nabi. Dengan tersenyum Nabi menyambutnya. Sebelum ditanya, perempuan itu sudah berkata terlebih dahulu.

“Wahai Nabi, berkenankah engkau berdoa unutk kesembuhanku?”

Nabi diam sesaat kemudian bertanya “Apa yang membuat tangan kananmu cacat seperti itu?”

Berceritalah perempuan itu, “Nabi, aku melihat hari kiamat terjadi dalam mimpiku. Neraka telah disediakan dan surga juga sudah terhampar. Kemudian aku melihat ibuku berada di salah satu jurang neraka jahannam. Aku mendatanginya. Memprihatinkan sekali keadaannya. Ia membawa segumpal gajih di tangannya. Dan sesobek kain ditangan satunya. Kedua benda itu melindunginya dari nyala neraka. Aku sedih melihatnya berada di tempat seperti itu.

“Ibu… apa yang membuatmu berada disini. Bukankah engkau perempuan yang taat kepada Allah, juga bukankah ayah telah ridha terhadapmu?”

“Anakku, sesungguhnya aku adalah orang yang amat kikir ketika hidup di dunia dulu. Maka inilah tempat orang-orang yang kikir itu”

“Lalu untuk apa dua benda itu kau genggang di kedua tanganmu?”

“Dua benda itulah yang pernah aku sedekahkan selama hidup. Dua benda inilah yang melindungiku dari sengatan api neraka serta pedih siksaannya.”

“Lalu dimana ayah, ibu?”

“Ayahmu adalah orang yang dermawan. Di berada di surga, tempat orang-orang dermawan.

Kemudian aku pergi surga. Ketemukan ayahku sedang berada di tepi telagamu wahai Nabi. Sedang memberikan minum kepada para manusia yang ia ciduk dari telagamu. Ia menerima cidukan itu dari tangan sahabat Ali, Ali menerimanya dari tangan Sahabat Usman, Usman menerimanya dari tangan sahabat Umar, Umar menerimanya dari sahabat Abu Bakar dan Abu Bakar, menerima cidukan itu dari tanganmu yang mulia, wahai Kekasih Allah.
“Ayah, ini aku anakmu. Bukankah ibu adalah orang yang sangat taat kepada Allah, ayah? Bukankah engkau juga ridha kepadanya? Ia sekarang berada di salah satu jurang neraka jahannam. Sedangkan engkau disini melayani manusia untuk minum dari telaga Nabi, ibu dalam keadaan amat kehausan sekarang. Berilah seteguk saja untuknya, ayah!”

“Anakku, sesungguhnya ibumu adalah orang yang amat pelit semasa hidupnya, dia bermaksiat dan berdosa karenanya. Dan Allah telah mengharamkan telaga Nabi ini untuknya.”

Diam-diam kucuri seteguk air dengan telapak tanganku untuk kuberikan kepada Ibu. Setelah ibu meminumnya tiba-tiba ada sebuah suara yang berkata.

“Semoga Allah membuat cacat tanganmu!” begitulah Nabi, aku terbangun dari mimpi dengan keadaan cacat di tanganku.”

“Kekikiran telah membahayakan ibumu di dunia, lalu akan seperti apa kelak di akhirat”

Ibunda Aisyah kemudian menerusakan kisahnya “Nabi kemudian meletakkan tongkatnya pada tangan perempuan itu seraya berdoa “Tuhanku, dengan mimpi yang telah ia alami, sembuhkanlah tangannya” perempuan itu kemudian benar-benar sembuh tangannya.
___

Kuharap engkau bisa mengambil sesuatu yang berharga dari kisah itu. Ada beberapa fakta penting yang bisa dicermati. Pertama, suara perempuan bukanlah aurat. Faktanya perempuan bertanya langsung kepada Nabi megenai urusannya dan Nabi tidak pernah melarangnya. Bahkan setelah Nabi wafat, Ibunda Aisyah mengajarkan hadis kepada para sahabat laki-laki.

Kedua, berawasul atau meminta doa dari orang yang diyakini mempunya kedekatan khusus dengan Tuhan itu diperbolehkan. Terkadang ada sekelompok ekstrim yang melarang untuk melakukan tawassul. Sekarangpun kita masih bisa bertawasul kepada Allah lewat Nabi. Sebab hakikatnya beliau tidak pernah wafat. Hanya 63 tahun episode beliau di dunia memang sudah berakhir. Beliau kini berada dalam ‘film’ lain yang Allah skenariokan. Bukankah beliau adalah mahluk pertama yang Allah ciptakan. Dan sebab kecintaan Allah kepadanya lah semesta tercipta. Beliau telah melalui fase yang amat panjang dengan berbagai peran. Salah satunya menjadi utusan terakhir.

Ketiga, gairah belajar perempuan amat tinggi sejak zaman nabi. Jika engkau mengenal Ibu Kartini sebagai pahlawan yang memperjuangkan hak-hak perempuan dalam pendidikan maka Nabilah yang mempelopori itu kepada seluruh dunia. Nabi mengangkat derajat perempuan dari kehinaan menuju kemuliaan. Perempuan sebelum Nabi bahkan tidak mempunyai hak hidup apalagi hak pilih. Di eropa dan dibelahan dunia manapun tak lebih baik nasibnya. Perempuan tak lebih dari sekedar budak yang derajatnya sama dengan keledai. Begitulah. Engkau bisa mencermati dan menambahkan sendiri sesuatu yang barangkali berharga dari kisah itu.

Sedekah? Sedekah tak melulu soal sarana melipatkan harta. Ada yang lebih esensial dibanding kenikmatan dunia dalam bersedekah. Tambahnya harta hanya secuil dari janji Allah yang tak usah dirisaukan dan justru ketika kita berniat hanya untuk keuntungan harta, akan celaka jadinya. Bisa jadi hanya harta itu yang kita dapatkan. Bukan kasih sayang Sang Mahapenyayang. Bisa jadi pula kita tak dapat apa-apa karena ketidak tulusan niat.

Kuakhiri saja kisah ini sebelum saya berubah menjadi pendakwah.




0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Menelan kepahitan untuk disuguhkan menjadi sesuatu yang manis.