kamu,
yang berjalan menunduk
membaca aksara pada jalan kantuk
aku memanggilmu: cantik
berpayung dibawah rintik
berpayung dibawah rintik
mengenakan baju merah muda
menciptakan jeda di dada
rok dari serabut biru tua
membekaskan rindu jua
menciptakan jeda di dada
rok dari serabut biru tua
membekaskan rindu jua
pohon bidara seketika mengakar di tanah kekasih
tiap-tiap daunnya berukir rasa sayang
mendatangkan teduh, mengusir gersang
tiap-tiap daunnya berukir rasa sayang
mendatangkan teduh, mengusir gersang
setelah sepagi tadi kuisi kosongnya mata
memandangi wajahmu yang berhias sedikit peluh
memandangi wajahmu yang berhias sedikit peluh
secuil yang kamu kata
terkadang membuatku keluh
mengadukan cinta pada sang mahamengasuh
terkadang membuatku keluh
mengadukan cinta pada sang mahamengasuh
kutangkap titik-titik jerawat
di sisi wajahmu
merah!
merah!
juga, bintik hitam yang baru kemarin kukenal
bukan! bukan tahi lalat
ia adalah sekeping cinta dari tuhanmu
bukan! bukan tahi lalat
ia adalah sekeping cinta dari tuhanmu
harus kukatakan
bahwa ada segumpal sesal
mengapa seketika itu lidah kelu
hati beku
bahwa ada segumpal sesal
mengapa seketika itu lidah kelu
hati beku
dan kamu, cuma bisu
tapi, kebisuanmu adalah ribuan kalimat
yang berusaha kueja tiap-tiap hurufnya
yang berusaha kueja tiap-tiap hurufnya
0 komentar:
Posting Komentar