Mendung sepanjang
hari ini, inginnya tak kusamakan dengan keadaan jiawaku sekarang. Mendung
itu kadang menyenangkan juga. Bagi pengayuh becak yang berpeluh, penjual es
tebu bertopi lusuh, ibu-bu penjual ubi yang menggelar dagangannya ditepi jalan
raya, tukang batu yang mulai mengendur otot-otonya, mendung itu menyenangkan,
semacam jeda untuk bernafas lebih dalam dan tenang, semacam ngaso bagi
anak-anak sekolahan.
Banyak orang
yang bergembira karena mendung. Mendung hanya permulaan untuk sesuatu
yang ditunggu dengan penuh harap atau untuk sesuatu yang kedatangannya seringkali
juga dicela. Ya, akupun sedang menanti sesuatu itu, maksudku aku belum punya
kesimpulan tentang diriku sendiri, katakan bahwa aku mendung yang menapak satu
tangga, dan tangga berikutnya adalah sesuatu itu. Apakah aku ditunggu dengan
penuh harap, atau justru diwanti-wanti agar tidak datang, sebab jika aku
datang, sudah dipersiapkan celaan-celaan untuk dilemparkan di kepalaku.
Apakah aku jadi
seperti bocah yang kelaparan yang menghibur dirinya dengan membayangkan
sepiring nasi padang sambil mengelus-ngelus perutnya ketika malam datang? Sepertinya
aku memang sedang menghibur diri, sebisa-bisanya, sekuat tenaga. Seringkali aku
kehilangan kendali menahan kekang perasaan yang inginnya melupakan, inginnya sudahlah.
Tapi dari sumur yang tak mempunyai dasar dalam jiwaku, selalu terdengar
suara bisik yang menyuruhku percaya bahwa ini hanya masalah waktu. Terdengar sederhana,
tetapi kenyataannya sebaliknya.
Akulah sang
mendung, tak perlu berterimakasih kalau kalian merasa mendapatkan jeda. Karena aku
pun bahagia melihat wajah kalian yang lega. Juga, tak perlu ragu untuk
mengumpat, mungkin cucian kalian belum kering, atau kalian sedang di jalan
bersama pacar kalian, berboncengan. Oi, kalau nanti aku jadi hujan, dingin yang
kalian rasakan akan kalian lupakan. Akan ada kehangatan yang tak kalian kenal
datang.
Aku sedang
menunggu atau ditunggu, atau berharap ditunggu, pada akhirnya tak kupedulikan
yang mana aku. Kehadiranku yang kuharapkan adalah kebahagiaan bagi kalian. Ketidak-hadiranku,
akan tetap engkau rasakan. Jangan cemberut. Senyum saja. Sakit hati
jangan kau pelihara seperti anjing.
Ngelantur...
Gara-gara kau masih kekasihku.
0 komentar:
Posting Komentar