Kalau kau pikir aku kan berhenti karena sebab-sebab yang membatu
menutup jalanku, akan ku-uapkan sambil tetap mengendap-endap. “Karena aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.” Dengan terkantuk-kantuk
kupaksa menulis sajak. Sebab ketika waktu telah merenggang jarak, aku jadi
pelupa yang tak tahu apa yang akan dilakukan. Angin dua hari ini seperti
melampiaskan rindu yang tak kunjung bisa pulang. Gerimis menitik bersamaan dengan
air mata yang tak berusaha kucegah agar tak tumpah. Merekatkan pelukan pada
nafas yang tergesa terlepas. Memejamkan keresahan dari riuh pagi yang
kehilangan teduh. Kubaca lagi bukuku, sampai kepada seseorang yang cuma percaya
kepada Tuhan, jika Ia sanggup menari.
Litaskunu Fii Maiyah, Menemukan Ketentraman di Maiyah
1 hari yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar