pagi berembun
melemparkan udara dingin
di dekapku
meniupi bekas wudhu di wajah
menggigilkan tangan basahku
kekasih, dingin jugakah di rumah?
diantara rerimbun bambu
gemericik sungai
yang tersendat-sendat jalannya
ingatan akanmu
begini membelitku
sampai ke putih tulangku
lampu-lampu kumatikan
kusisakan satu
memejamkan mata
menghadirkan senyummu disana
aku ingin mencintaimu dengan
sederhana
seperti matahari pagi
memungut dingin
satu-persatu di kulitku
perlahan
memelukku dengan kehangatan
setelah tak kau jawab sapa
aku adalah manusia paling papa
di mulut sepi
aku meringkuk
tersiksa sendirian
terbakar
tak ubahnya belukar
0 komentar:
Posting Komentar