Menginjak tengah
malam, kesunyian menegaskan suara nyamuk. Kantuk tersendat-sendat. Kemudian aku
terjaga, melihat jendela yang berisi kegelapan. Aku ingin ada teman bicara,
melihatmu, sudah empat jam yang lalu tak terlihat. Kalau kukirimkan pesan,
mungkin akan hanya menjadi gangguan, maka aku urungkan. Sebisanya kupejamkan,
biar saja ingatan tentangmu tak terelakkan, akan kubawa tidur, menyusur
ruang-ruang asing dalam mimpi.
Aku menggumamkan
sesuatu yang mirip doa, barangkali juga harapan sambil terus terpejam, tetapi
sesungguhnya ada yang selalu terjaga, kamu menjadi ingatan paling sederhana,
tanpa kuminta hadirnya, telah mengetuk pintu-pintu yang kupunya.
Dengan berat
kupaksa berdiri, ketika kini, dari menara-menara masjid itu terdengar gumam,
semacam doa juga harapan, tapi berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar