Moderator

Ketika tiba-tiba didaulat menjadi moderator acara bedah buku yang cuma saya baca daftar isinya. Bikin prolog dan spontanitas merespon sekenanya.

-
Bismillah
Yang akan kita kaji bersama adalah sebuah buku. Buku adalah salah satu alat penyampai informasi. Seperti banyak hal lain dalam hidup kita; TV, radio, internet juga segala sesuatu yang kita lihat, dengar dan rasakan. Informasi adalah sesuatu yang sangat penting, itu sebabnya ketika Tuhan selesai menciptakan Adam, kemudian mengajari Adam nama-nama, nama segala sesuatu, Tuhan sedang mentrasformasikan informasi milikNya kepada Adam. Malaikat sempat mempertanyakan keputusan Allah ini.
"Gusti, ngopo tho kok njenengan nyiptaaken menungso sing bakale gawe maksiat lan paten pinaten teng ndunyo, lah kito niki poro malaikat nopo kurang ngabekti teng njenengan..." Gusti Allah kok dipertanyakan.
Tapi ketika para malaikat ditantang oleh Tuhan untuk menyebutkan nama-nama segala sesuatu yang diajarkanNya kepada Adam, mereka tidak bisa menjawab kemudian berkata "Mahasuci Engkau! Tiada ilmu bagi kami, selain yang Kau ajarkan kepada kami." Betitulah juga berlaku bagi kita, tidak ada ilmu untuk kita selain yang diperkenankannya.
Maka, tentu berbeda, orang yang mengetahui dan tidak mengetahui. Orang yang mempunyai informasi serta orang yang tidak atau belum mempunyai informasi. Yang akan sama-sama kita lakukan sekarang adalah usaha menabung informasi. Sambil memelihara keyakinan bahwa sekecil-kecilnya informasi itu akan bermanfaat bagi kehidupan kita.
Informasi yang kita terima, masih harus kita pilah. Paling tidak ada tiga kategori informasi ketika kita cermati sumbernya: Kejujuran/Kebenaran, Kebodohan dan Kebohongan. Kita harus mahir mengelola informasi, sebab informasi yang kita terima akan berdampak pada sikap dan tindakan kita. Misalkan ketika tanpa sengaja kita ngeklik salah satu situs berita online, kemudian terlihat oleh kita judul berita yang menarik perhatian kita "Lurah PENUs MTI: Sholat Maghrib Itu Tidak Wajib". Nah, secara spontan, dengan membaca judulnya saja kita akan mempunyai reaksi atas informasi itu, tergantung kita dalam posisi bagaimana. Kalau kita adalah kubu yang pro dengan Pak Lurah, kita akan dengan seksama mencermati berita baru kemudian bersikap. Kalau posisi kita adalah kubu yang kontra dengan Pak Lurah, ya celaan akan langsung saja meluncur dari mulut kita "Wah, ancen pekok lurah situk iki". Padahal sholat maghrib tidak wajib yang dimaksudkan Pak Lurah adalah bagi perempuan mens, anak-anak belum baligh serta orang-orang bocor alus.
Informasi yang sumbernya adalah kejujuran/kebenaran adalah al-Qur'an serta hadis Nabi, meskipun jika kita bicara hadis akan ada berpilin-pilin pendapat tentang otentik tidaknya, tentang shahih tidaknya sebuah hadis, serta kedudukan-kedudukan hadis yang lainnya. Paling tidak kita bisa mengambil jalan tengah bahwa Kanjeng Nabi bersikap dengan tuntunan wahyu Allah. Maka kalaupun ada perbedaan pendapat tentang satu hadis misalnya, itu hal wajar, sebab manusia berbeda satu sama lain. Kita memang harus menyediakan berkeranjang-keranjang kearifan untuk menghapi perbedaan.
Sementara sumber informasi selain itu bisa dari kebodohan juga kebohongan. Dari dua sumber ini kita harus waspada, kita harus benar-benar cermat. Disinilah akal pemberian Allah itu harus bekerja. Di dalam menguyah informasi, mana yang akan kita telan sebagai gizi, mana yang akan kita muntahkan karena membayakan. 
Seperti halnya buku yang akan kita telaah ini, ia bersifat relatif. Kebenaran serta kesalahan informasi yang ada di dalamnya tidak bisa kita buktikan secara nyata, tinjauan yang bisa kita lakukan amat terbatas untuk bisa membuktikan kebenarannya. Dalam mengolah informasi bisa bisa menggunakan dua terminologi, yaitu haqqul yaqin & ainul yaqin. Seluruh perilaku Kanjeng Nabi itu didasari informasi yang haqqul yaqin & ainul yaqin. Jadi, Kanjeng Nabi melakukan segala sesuatu yang sudah beliau kuasai, yang sudah beliau yakini dan ketahui seluk beluknya. Maka ada seorang mujtahid berpendapat, kenapa Kanjeng Nabi ditakdirkan ummi, karena Allah menjaga beliau dari segala jenis informasi yang sifatnya diluar haqqul yaqin & ainul yaqin. Beliau dipandu wahyu dan bagi beliau, wahyu itu haqqul yaqin sekaligus ainul yaqin.
Sementara, pernahkah kita berfikir untuk membikin prosentase terhadap segala informasi yang berseliweran di kehidupan kita yang berada diluar dua terminologi tadi? Sebagai contoh buku yang sekarang akan kita telaah ini, berapa persen keyakinan yang kita siapkan dan yang akan kita terapkan setelah mengkajinya? 100%? 50%? atau berapa? 

Karena penyerapan kita terhadap informasi sangat berpengaruh pada sikap kita. Maka terhadap apapun saja, alangkah baiknya jika kita "min husni islamil mar'i tarkuhu ma la yaknihi". Kita ambil sarinya, kita tinggalkan ampasnya yang busuk untuk kemaslahatan kehidupan kita secara luas.

0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Menelan kepahitan untuk disuguhkan menjadi sesuatu yang manis.