Hu!

Selamat malam! Wahai sesepuhnya malaikat, sedang sibuk apa gerangan sekarang? Banyak kerjaan malam ini? Sayap-sayapmu memenuhi langit. Karib-karimu kulihat ikut membentangkan sayapnya. Bintang dan bulan jadi makin terang cahayanya, sayap-sayap cahaya meliputinya. Langit seperti mengerjap-kerjapkan matanya, awan-awan yang berarak itu membawa hadiah yang dipersiapkan Tuhan di punggungnya. Kemana angin? Ia membawa suara para kekasih untuk kekasih, mengantarkannya kepada masing-masing, memberi kabar bahagia agar senantiasa mekar senyuman. Ia menyenandungkan musik mistis yang melambungkanmu ke arsy.
Pintu-pintu kerajaan rahasia seakan terbuka. Menguarkan berjuta keharuman yang amat asing di hidung. Kau hirup dan nafasmu beraroma bunga. Warna-warna dunia yang telah kau akrabi akan terlupa sejenak, sebab keindahan komposisi Tuhan bikin kamu mabuk kepayang. Tajamkan pendengaran. Ada lantunan koor para malaikat, puja-puji kasih sayang melelapkan bayi di peluk bundanya, memberinya mimpi-mimpi terindah.
Jiwa-jiwa mengambang di depan pintunya. Memejamkan matanya. Ada yang terpejam, ada yang memejam. Ada yang jatuh kembali ke samudera dunia kemudian tenggelam dalam kegelapan berlapis-lapis yang tak bisa ditembus cahaya. Jiwa-jiwa yang mengapung direngkuh oleh para malaikat untuk mandi besar. Mandi suci.
Dari telaganya nabi, oleh sesepuhnya para malaikat diambil setetes airnya, lalu dijatuhkan ke dalam bejana emas yang kemudian menjadi penuh dan melebihi luas seluruh samudera dunia. Jiwa-jiwa yang dipeluk sayap cahaya mandi di dalamnya. Maka luruh semua dosa, maka sirana segala noda. Mata mereka menjadi jernih seakan-akan lubang tak tembus. Seakan-akan ada lentera menyala di dalamnya. Memancarkan syukur yang tak bisa diukur.
Wahai, sesepuhnya para malaikat...
Dimana kekasih yang dulu engkau hidangkan wahyu untuknya?
Apakah ia juga duduk diantara para nabi-nabi di depan istana yang pintu-pintunya beraroma sejuta bunga itu? Ataukah beliau menyelam ke samudera dunia yang cahaya tak mampu menembusnya untuk mengangkat jiwa-jiwa tenggelam itu? Benarkah itu beliau yang mengentaskan mereka yang hampir putus nafasnya? Setelah meminta izin pada Baginda Akbar?
Baju beliau basah kuyup, hai sesepuh para malaiakat...
Mata beliau mengucurkan kasih sayang yang memeluk jiwa-jiwa manusia-manusia yang tak sanggup dicapai cahaya itu. Beliau memberi degup yang hidup pada dada-dada mereka, lantas apa bunyi degupannya?

Laa ilaaha illa anta...
Laa ilaaha illa ana...
Laa ilaaha illa anta,
Laa ilaaha illa ana...

Hu!
Hu!
Hu!
Hu!
Hu!
Hu!
Hu!

Bumi menggelar dirinya untuk pijakan Nabi kinasih. Pohon-pohon memberi salam. Sungai, sungai menelan semua sampah-sampah, lalu dialirkannya dirinya menjadi sewarna susu arak dan madu.
Dan...
Aku dimana ketika semua itu berlangsung? 
Ngiler di tempat tidur. 
Bangun-bangun mimpi basah! Ah!



0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Menelan kepahitan untuk disuguhkan menjadi sesuatu yang manis.