Mungkin Tak Kembali




Beri aku waktu sedikit lagi
Menatap wajahmu
Esok, hari ini, atau nanti
Mungkin tak kembali...

Kau ingat lirik lagu itu, yang kunyanyikan untukmu dan kamu tertawa mendengarnya? Atau aku lagi-lagi salah ingat, kau tidak tertawa tapi mendengar dengan seksama. Dulu lagu hanya berarti sebuah lagu, hanya mengartikan dirinya sendiri, sekarang lagu itu kenyataan yang seperti datang terlalu cepat. Ada banyak sekali tempat dan peristiwa berkaitan denganmu membuatku seperti deja vu. Seperti kembali ke waktu yang sama.
Hari-hari telah berlalu, putaran jarum jam boleh sama lajunya, tapi perasaan membuatnya berbeda, kadang berjalan begitu cepat, kadang sangat lambat sampai-sampai rindu menua. Aku telah mencecap berbagai rasa yang cukup diwakili dengan; manis dan pahit. Dari dada yang nyaris kehilangan degup karena kegirangan, sampai nafas yang nyumpal, enggan keluar dari rongga hidung sebab kesedihan yang mendalam.
Apakah ingatanmu tentangku kini semakin mengabur? Semakin samar-samar dan tak menemukan bentuknya lagi? Atau justru hilang sama sekali, sebab memang tak pantas disimpan dan lantas hadir dengan wajah yang lain sama sekali.
Semakin hari rasanya semakin biasanya saja, sesuatu datang dan pergi. Kadang aku ingin ingatanku kepadamu juga bisa pergi, tetapi beranjak sedikit saja pun ia tak bisa, tak tahu caranya. Jadi kubiarkan apa adanya. Kubiarkan dia tumbuh bagai bayi, kubiarkan dia memilih jalannya sendiri, berhenti memikirkan atau menyimpannya pada bilik-bilik kesadarannya sampai waktu yang tak tertentukan.
Mungkin aku harus mulai berhenti menulis dengan nada dan suara yang sama. Mungkin kejujuran perasaan juga tidak perlu dinyatakan dengan kejujuran dalam tulisan, sedikit berdusta bisa jadi ada baiknya. Seperti jika kutulis: aku telah lupa, telah melupakan semuanya.

Mungkin tak kembali?



0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Menelan kepahitan untuk disuguhkan menjadi sesuatu yang manis.