Hutang




Betapa hutang syukurku kepadamu menumpuk dan sepanjang usiaku tak akan pernah lunas, tapi masih senantiasa kukeluhkan apa saja yang kurasai tak mengenakkan hidup. Setelah semua yang kau berikan, aku lebih sering menjadi penghianat ketimbang pengabdi yang tahu diri. Syukur membukakan pintu-pintu ilmu yang jumlahnya tak terkira, menuntunku mencecap manis yang tak bisa diutarakan karena manisnya yang teramat.
Sementara, aku tahu, mengeluhkan kehidupan menjadikanku terjungkal dan semakin terpuruk. Terkadang aku tertipu diriku sendiri, kuberi pakaian yang indah-indah kepada keluh. Sampai aku lupa  menyangkanya sebagai keluh dan memaklumkannya sebagai kawan. Kujamu dia dengan hidangan-hidangan yang bisa ia nikmati sepuasanya. Sampai ketika aku tersuruk dengan tiba-tiba ke dalam derita, ada yang tertawa amat keras, menertawakanku tolol, tak pandai-pandai ini.
Wahai, cahaya di atas cahaya, kalau tak engkau cahayai aku, kalau tak kau rengkuh aku ke dalam kasih sayangmu, bagaimana harus kulalui kebodohan yang membelit diriku ini. Sesungguhnyalah tak ada sedebu pun kemampuan untuk kebaikan yang kupunyai jika tak engkau izinkan aku melakukannya.


0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Menelan kepahitan untuk disuguhkan menjadi sesuatu yang manis.