Sebuah Pegantar: sekedar kado ulangtahun yang terlambat

Untuknya, kususun tulisan-tulisan yang dia bikin selama hidup di Cina. Dua tahun setengah kurang lebih waktu yang dijalaninya di sana. Fase hidup yang tentu saja sangat mempegaruhi hidup penulis. Agak resmi kubikin pengantar ini meskipun ini juga belum saya obrolkan dengan penulis bukunya. Semacam pengantar ilegal. Tapi semoga dia berkenan dan nggak marah.
Pengalaman-pengalaman yang dia alami selama di Cina mungkin masih sebatas kegiatan kampus. Tetapi batin dan fikirannya bisa mengembara melintas-lintas cakrawala kebudayaan Cina. Cara memandang kehidupan yang agak kritis (ini murni subyektif pendapat penulis pengantar, sebab barangkali dia benar-benar kritis) membuat tema tulisan-tulisannya cukup beragam.
Negara komunis yang dari luar terdengar nggak enak, ternyata di dalam kehidupan masyarakatnya banyak hal-hal yang “enak” untuk dikunyah dalam perenungan. Penulis menyajikannya dengan narasi-narasi yang biasa, agak kurang bisa memilih diksi, tapi senantiasa penuh kejujuran.
Buku ini dibagi menjadi dua bagian: catatan & mozaik. Total ada 17 catatan. Angka 17 disini tidak mengandung arti filosofis apa-apa seperti yang didebatkan orang tentang 17 Agustus yang dipilih Bung Karno untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia. Angka 17 disini ya karena penulis “Cuma” menulis 17 catatan. Pada bagian mozaik akan ada macem-macem isinya; puisi, curhatan, foto, dan entah apa lagi.
Kehidupan di Cina semoga tidak mengubah kecintaan penulis terhadap tanah airnya disebabkan “kengumunan-kengumunan” baru yang melandanya. Dari “mercusuar” bernama Cina dilihat olehnya negerinya yang kadang dia kasihani dan sesali, atau lebih tepatnya yang dia sayangi dengan romantismenya yang kadang terlalu melankolis. Halah, pengantarnya jadi penuh ungkapan-ungkapan membingungkan begini. Yang diantar malah bisa tersesat nantinya.
Yasudah. Selamat menikmati. Kalau ternyata nanti kurang nikmat, bikinlah kopi panas. Kalau masih kurang nikmat juga, ya pokoknya bikin yang nikmat-nikmatlah. Sebab kejujuran kadang kurang nikmat dirasakan di awal, tapi ia pasti akan menjadi nikmat setelahnya dan seterusnya. Ingat, tulisan-tulisannya penuh dengan kejujuran; kejujuran belajar menulis & berbagi pengalaman.



0 komentar:

Posting Komentar

 

About

Menelan kepahitan untuk disuguhkan menjadi sesuatu yang manis.